Laman

Minggu, 29 Januari 2017

Politik Digosok semakin Asyik


foto : suara-bekasi.com

Hari ini sudah akhir bulan Januari, tidak terasa lusa sudah masuk bulan Februari. Di bulan Februari beberapa daerah menyelenggarakan pilkada. Secara serentak daerah terkait akan memilih pemimpin barunya. Tiga menit di bilik suara akan menentukan nasib daerah terkait selama lima tahun ke depan. Semoga kita mendapatkan pemimpin yang amanah (aamiin).

Berbicara tentang politik, tiba-tiba saya teringat pada satu percakapan dengan teman saya.

Dia : “ Mba kenapa politik cenderung kotor, orang yang sudah terlanjur berpolitik rawan korupsi ?”
Saya : “ Iya tidak semua kotor, di politik ada juga yang bersih, karena banyaknya yang kotor jadi terlihat kotor semua”.
Dia : “Berarti politik banyak buruknya, banyak orang yang baik masuk politik jadi ikutan buruk”,
Saya : “ Tidak bisa disamaratakan juga mba, politik itu tidak beragama. Yang beragama itu pelaku politik. So, jangan salahkan politik, salahkan pelaku politik yang mengamalkan agamanya”.


Percakapan saya dengan seseorang di atas menunjukan tidak percayanya dia pada politik. Pemberitaan media yang santer terlihat mengarahkan opini publik, bahwa politik itu buruk. Tapi saya kembalikan lagi, pada dasarnya politik itu hanya alat, dan baik atau buruknya kembali pada yang menggunakan politik tersebut.

Lalu yang jadi PR, perbandingan orang baik VS orang tidak baik di politik itu lebih banyak orang yang tidak baik. So, sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga negara yang (sadar ) untuk mengawasi jalannya politik. Mengingat kita pemilik kedaulatan. Iya, bukankah negara kita menganut sistem demokrasi, dimana kedaulatan tertinggi di tangan rakyat?

Para wakil-wakil rakyat di Senayan dan di segala jajaran kedudukannya hanya wakil kita (rakyat). Menyadari supremasi makna kedaulatan, cukup menjadi modal kita tidak kerdil dihadapan penguasa. Juga modal kita tidak diperalat politik (baca : pelaku politik). Wallohu ‘alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar